Jelajah Cagar Budaya Sunan Ampel di Kota Surabaya
Yang Tidak Pernah Sepi, Tapi Butuh Revitalisasi
Yang Tidak Pernah Sepi, Tapi Butuh Revitalisasi
SURABAYA - Mabruk alfa mabruk, alaika mabruk. Begitulah lirik lagu qosidah berjudul Mabruk Alfa Mabruk, yang terdengar cukup keras ditengah keramaian Jalan Ampel Denta Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Waktu Itu, Sabtu (20/10), jarum jam masih menunjukkan pukul 15.15 WIB. Tapi puluhan pria dan wanita, dari anak sampai lansia berbusana gamis, berbondong-bondong berjalan kaki masuk ke pintu utama kawasan religi Raden Rakhmat atau yang dikenal dengan nama Sunan Ampel. Bahkan arus lintas cukup macet, dengan aktivitas rombongan peziarah yang menyeberang jalan Ampel Denta. Belum lagi diperparah aktivitas parkir motor, penarik becak serta penjaja asongan, yang memadati samping kiri dan kanan pintu utama.
Kemasyhuran Sunan
Ampel tidak perlu diragukan lagi. Kiprahnya tidak terlepas dari sejarah
perkembangan Islam, diabad ke-15. Dalam sebuah buku karya Aminuddin Kasdi
sejarawan berjudul “Sunan Ampel antara
Mitos dan Sejarah”, sebenarnya cerita perjalanan Raden Rakhmat hanya bisa
terlacak lewat historiografi
tradisional, seperti Babad
Tanah Jawi (1719),
Babad Gresik (1857), Babad Madura (1860), Serat Wali Sanga (1749-1870-an), dan beberapa
sumber lain. Bahkan tidak dijumpai dalam satu babad yang secara khusus memuat
riwayat Sunan Ampel. Kelemahan informasi mengenai sejarah Sunan Ampel bersifat
samar-samar. Berbeda dengan riwayat Sunan Giri yang memiliki sumber lebih
komprehensif. Keuntungannya dibandingkan dengan riwayat Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, riwayatnya Sunan Ampel dalam konteks kandungan mitos,
legenda, pamali, simbolik, dan unsur ramalannya lebih sedikit. Sehingga cerita
Sunan Ampel memiliki unsur historis yang lebih besar.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1481, dan jenazahnya dimakamkan di sisi barat masjid. Disampingnya, ada makam istrinya, Nyai Condrowati. Selain makam beliau, di komplek Makam Sunan Ampel ada makam muridnya. Seperti Mbah Sholeh dan Mbah Bolong, dua murid Sunan Ampel yang dikenal setia. Disamping pintu utama kompleks makam, ada sumur tua yang tidak pernah kering airnya. Saya melihat tidak sedikit dari peziarah, yang membawa pulang air dari sumur ini. Sebagian mereka meyakini, air dari sumur ini bisa menyembuhkan penyakit.
Demand Besar, Tapi diperlukan
Revitalisasi
Menurut Ir. Freddy Istanto, M.T Direktur Surabaya Heritage Society, demand di situs religi Sunan Ampel sangat tinggi. Freddy melihat banyak sisi menarik dari situs ini. Utamanya karena pengaruh Raden Rakhmat dalam menyebarkan agama Islam. Istimewanya lagi, gelar cagar budaya pada Masjid Ampel Denta sesuai dengan SK Walikota Nomor : 188.45/251/402.1.04/1996 tertanggal 26 September 1996. Bangunan masjid Ampel Denta menjadi pusat keislaman tertua di Surabaya, yang dibangun tahun 1420. Bergaya arsitektur Jawa dan sentuhan modern, sebuah bangunan utama yang disokong pilar kayu jati dengan perluasan pada sisi depan. Selain itu, sebuah menara dengan pengeras suara masih juga masih berdiri megah di samping kiri masjid. Kawasan Sunan Ampel menyajikan atraksi wisata yang unik, seperti penjaja beragam souvenir, maupun ambiance bangunan cagar budaya arsitektur lawas. Begitu masuk lorong, Spirit of place dari kawasan Masjid Ampel Denta, masih terasa kuat ampai sekarang.
Menurut Ir. Freddy Istanto, M.T Direktur Surabaya Heritage Society, demand di situs religi Sunan Ampel sangat tinggi. Freddy melihat banyak sisi menarik dari situs ini. Utamanya karena pengaruh Raden Rakhmat dalam menyebarkan agama Islam. Istimewanya lagi, gelar cagar budaya pada Masjid Ampel Denta sesuai dengan SK Walikota Nomor : 188.45/251/402.1.04/1996 tertanggal 26 September 1996. Bangunan masjid Ampel Denta menjadi pusat keislaman tertua di Surabaya, yang dibangun tahun 1420. Bergaya arsitektur Jawa dan sentuhan modern, sebuah bangunan utama yang disokong pilar kayu jati dengan perluasan pada sisi depan. Selain itu, sebuah menara dengan pengeras suara masih juga masih berdiri megah di samping kiri masjid. Kawasan Sunan Ampel menyajikan atraksi wisata yang unik, seperti penjaja beragam souvenir, maupun ambiance bangunan cagar budaya arsitektur lawas. Begitu masuk lorong, Spirit of place dari kawasan Masjid Ampel Denta, masih terasa kuat ampai sekarang.
Kurma mudah ditemui di kawasan Sunan Ampel. Selain itu, penjual baju gamis (foto bawah) juga mudah ditemukan. |
Dekan
Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra Surabaya lantas membandingkan
dengan kawasan Bungkul yang punya dua sisi. Antara taman sebagai atraksi wisata
hiburan, dan makam Mbah Bungkul di sisi belakang sebagai wisata religi. Meski
jauh lebih tertata, besar harapan Freddy kawasan Sunan Ampel menjadi lokasi
wisata religi yang lebih menarik, dengan upaya revitalisasi. Kawasan Tunjungan sukses
menjadi lokasi yang dimodernisasi, tanpa mengurangi unsur cagar budayanya.
Pemerintah Kota Surabaya tidak perlu membuat destinasi wisata baru, cukup
memaksimalkan saja dari yang sudah ada. Termasuk kawasan Ampel, yang diharapkan
lebih tertata, ramah terhadap pengunjung, menguntungkan sisi ekonomi bagi
warganya, dan menjadi wisata religi andalan. Dan sudah tentu menjadikannya
sebagai satu kebanggaan Kota Surabaya.and
Baidowi dan Taufik, dua penjaga pos pintu masuk komplek makam sangat ramah menyambut saya waktu itu. Kerja 12 jam per hari, menyambut tiap tamu yang datang dari pelosok negeri, Sabtu (20/10) |
Foto-fotonya bagus. Liputannya juga komprehensif. Jadi inget kalo ke sana, menggok sithik udah bisa incip2 kuliner khas Timur Tengah. (trus ngidam kambing oven)
BalasHapusWis lama enggak mampir kesini. Selalu ramai tapi adem disana, (y) (y) ..
BalasHapus