Pesona Batik Tulungagung Dapat Perhatian Dari Pecinta Batik Yogyakarta

Bupati Tulungagung Ir. Heru Tjahjono MM saat mengenakan kemeja batik.(kanan)

TULUNGAGUNG- Kawung, barong, padas, kopi pecah, dan truntum, merupakan bagian kecil dari ratusan motif batik asli Kabupaten Tulungagung. Keberadaan motif etnik bergaya Mataraman kuno ini, disebutkan telah ada sejak puluhan tahun lalu. Kawasan Mojosari Kecamatan Kauman, dikenal sebagai sentra perajin batik Tulungagung, utamanya batik tulis, maupun batik cap.


Meskipun era 70 hingga 80-an, motif batik asli sempat mengalami kejayaannya, kini keberadan motif asli justru semakin terpuruk. Seakan ditelan waktu, motif asli ternyata memang sulit ditemukan dipasar perindustrian batik. Pergeseran zaman, serta tren yang serba modern, membuat corak batik asli semakin menghilang dan tergantikan dengan corak baru, yang kini semakin mendominasi.


Seperti dikatakan Bpk Anies Muchsan (62), pengusaha batik Barong Gung Tulungagung, yang diakuinya kini motif asli cenderung memudar. Minat masyarakat terhadap corak lawas juga semakin berkurang, karena kini mereka (Konsumen, red) cenderung memilih corak yang lebih modern.


Selain itu, kini masyarakat hanya mengenakan kain batik sebagai acara tertentu saja. “Dulu, petani memakai nyamping (Jarit, red) saat sedang kesawah.Tapi sekarang apa ada, malah justru memakai training,” jelasnya.


Namun setidaknya, pesona batik Tulungagung kini masih mendapat perhatian bagi sejumlah perkumpulan pecinta batik lain dari luar daerah. Ini terbukti dengan adanya kunjungan paguyuban Batik Sekar Jagad, Yogyakarta, di Liiur Resto, Selasa (11/03), lalu. Paguyuban batik yang diketuai

Ir.Larasati Suryantoro Sulaeman, merupakan suatu wadah yang menaungi para perajin, pengusaha, kolektor atau pecinta kain batik.


Menurut Heri, Sekretaris Paguyuban Sekar Jagad mengatakan, peguyuban asal kota Gudeg ini mengunjungi Kabupaten Tulungagung hanya sekedar melihat keberadaan motif asli batik Tulungagung. Selain itu, terkait keberadaan motif asli yang semakin memprihatinkan, membuat paguyuban ini sengaja memotifasi para perajin, agar keberadaan motif khas terus dipertahankan.


“Kami datang kemari juga ingin memotifasi para pengusaha batik Tulungagung.Kami juga berharap bagi para perajin untuk terus mempertahankan motif asli Tulungagung.Karena corak khas ini merupakan kebudayaan asli daerah,”ungkapnya.


Muchsan menambahkan, hanya seorang pecinta batik sejati yang mengerti akan nilai dan khasanah corak asli kain batik.Meskipun masyarakat menilai corak batik asli merupakan suatu yang kuno dan biasa, bagi pecinta batik seperti kolektor, corak yang khas justru memiliki nilai yang tinggi, dibanding dengan corak modern yang banyak beredar.


Tetapi dirinya mengaku, bahwa untuk mempertahankan suatu usaha batik, juga diperlukan kretatifitas guna demi kemajuan usahanya.Seperti halnya dengan motif batik, untuk tetap menarik hati para konsumen, juga diperlukan penambahan corak baru dan modifikasi tanpa menghilangkan unsur corak lawas.


“Kami hanya menambah warna dan modofikasi baru, agar motif lama tak berkesan tertinggal zaman.Jadi meski motif itu kuno, tetap ada perpaduan corak baru yang lebih menarik,” ungkap pria perintis batik sejak tahun 1977 itu. ryn

Komentar

Postingan Populer