Geliat Surabaya Jadi Kota Pelabuhan Wisata
Ada Gapura Surya Nusantara dan Revitalisasi Kalimas
SURABAYA – Sektor wisata khususnya wisata maritim menjadi satu diantara potensi yang sekarang ini dikembangkan. Geliat Surabaya sebagai kota pelabuhan semakin terlihat, sesudah pelabuhan disisi utara Kota Pahlawan ini memperbaiki diri diberbagai lini. Termasuk Gapura Surya Nusantara, pelabuhan modern yang berkonsep modern dan ramah lingkungan. Setidaknya, pelabuhan ini menjadi daya tarik cruise atau kapal pesiar asing untuk menyandarkan kapalnya. Atau bahkan bisa jadi pesaing Pelabuhan Benoa di Denpasar Bali, yang lebih dulu dikenal di dunia sebagai dermaga wisata kapal pesiar dunia.
Gapura Surya Nusantara merupakan terminal penumpang yang melayani pelayaran domestik nusantara dengan jenis kapal penumpang Pelni dan Roll On Roll Off (RoRo). Tujuannya ke Kalimantan, Jakarta, Sulawesi bahkan ke Irian Jaya. Dulu sebelum ada Gapura Surya Nusantara, pelabuhan ini jauh dari kesan modern. Bahkan pemandangan bersih saja sulit terlihat. Tapi sekarang jangan ditanya lagi. Bangunan terminal penumpang dibangun megah menjadi pilot project terminal penumpang di Indonesia, yang mengusung konsep modern dan ramah lingkungan.
Oscar Yogi Asisten Manager, Hukum, dan Humas Pelindo III Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Jum’at (4/3) mengatakan, image buruk pelabuhan perlahan mulai terkikis dengan menghadirkan layanan baik pelabuhan. Belakangan ini, Gapura Surya Nusantara menjadi jujugan tur kapal pesiar dunia. Ditahun 2014, setidaknya ada 11 cruise yang bersandar ke terminal ini. Diantara kapal pesiar yang sering datang dari Belanda seperti MS Rotterdam dan Seabourn Odyssey. Tapi ditahun 2015, kedatangan cruise berkurang. Sementara di akhir Februari lalu, MS Rotterdam yang membawa 1.300 wisman bersandar. Bahkan mencatatkan rekor baru menjadi cruise satu-satunya yang menginap di Gapura Surya Nusantara, meski hanya sehari.
“Waktu itu kedatangan kapal pesiar sempat turun karena menurut inforasi agen wisata, cruise mengalihkan kunjungannya ke pelabuhan lain. Seperti ke Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Mas Semarang, maupun ke Benoa Denpasar,” jelas Yogi.


Menurut Yogi, ini justru menjadi tantangan Kota Surabaya bagaimana bisa meningkatkan daya tarik kedatangan kapal pesiar ke Surabaya. Kenyaman wisman ke Surabaya tidak hanya bergantung pada urusan pelabuhan. Tapi kemudahan wisman menjangkau angkutan publik yang baik, trotoar yang nyaman untuk aktifitas jalan kaki juga menjadi bagian penting yang serius untuk diperhatikan. Ketika angkutan publik belum cukup nyaman, turis terpaksa memakai taksi yang cost nya lebih tinggi.
Akhirnya Sabtu (27/20 sampai Senin (29/2) Pelindo III menggelar Surabaya North Quay sebagai bagian mengenalkan terminal penumpang Gapura Surya Nusantara kepada warga Surabaya. Temasuk juga turis asing yang waktu itu MS Rotterdam berlabuh di pelabuhan ini. Demi membuat menarik, Pelindo III mengisi kegiatan Surabaya North Quay dengan berbagai hiburan. Seperti fashion batik Embran Nawawi, live music, sampai UKM. Dan hasilnya, diluar ekspektasi. Total kunjungan warga Surabaya mencapai 10 ribu orang. Sementara turis asing yang turun dari kapal juga antusias dengan hiburan yang ditampilkan, dan memborong pernak-pernik yang dijual pedagang. 

Dengan menginap sehari saja di Gapura Surya Nusantara, keuntungan secara ekonomis tentu bisa dirasakan bagi Pelindo III dan sebagian warga. Tidak hanya itu, para turis juga menyambangi Mojokerto, Gunung Bromo, dan beberapa destinasi sejarah cagar budaya di Surabaya. Temasuk kampung lawas Maspati. Dengan menjadi tuan rumah yang ramah, tentu antusiasme turis asing ke Surabaya bisa semakin meningkat.

Otoritas Pelabuhan, Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur sekarang juga akan menghidupkan kejayaan Pelabuhan Tradisional Kalimas, yang pernah berjaya di era Belanda. Pelabuhan yang berada di sisi utara Jembatan Petekan ini akan disulap menjadi pelabuhan melalui program revitalisasi. Pelabuhan barang tersibuk ini juga akan mengalami pembenahan di segi penataan, ketersediaan ruang publik, meseum maritim dan taman.
“Tentu ini akan jadi destinasi yang menarik nantinya, karena kita akan dibawa kedalam suasana pelabuhan Kalimas zaman dulu yang sibuk dengan aktifitas bongkar muatnya,” jelas Yogi.
Pelabuhan tradisional Kalimas masih ramai dengan aktifitas bongkar muat barang perahu kayu/pinisi  dan kapan tongkang. Sekarang project ini juga sudah memasuki proses pembebasan terhadap pergudangan yang masih disewa oleh pihak kedua. Lahan yang dikuasai Pelindo III mencapai 20 hektar di pelabuhan ini.and



Komentar

Postingan Populer